Cara Menyiasati Tukang Pembohong
Selasa, 18 Mei 2010
11.25
Label:
Kisah 1001 Malam
,
5
komentar
Cara Menyiasati Tukang
Bohong
Kawan-kawan Abu Nawas
merencanakan akan mengadakan
perjalanan wisata ke hutan. Tetapi
tanpa keikutsertaan Abu Nawas
perjalanan akan terasa memenatkan
dan membosankan.
Sehingga
mereka beramai-ramai pergi ke
rumah Abu Nawas untuk
mengajaknya ikut serta.
Abu Nawas tidak keberatan. Mereka
berangkat dengan mengendarai
keledai masing-masing sambil
bercengkrama. Tak terasa mereka
telah menempuh hampir separo
perjalanan. Kini mereka tiba di
pertigaan jalan yang jauh dari
perumahan penduduk. Mereka
berhenti karena mereka ragu-ragu.
Setahu mereka kedua jalan itu
memang menuju ke hutan tetapi
hutan yang mereka tuju adalah
hutan wisata. Bukan hutan yang
dihuni binatang-binatang buas yang
justru akan membahayakan jiwa
mereka.
Abu Nawas hanya bisa
menyarankan untuk tidak
meneruskan perjalanan karena bila
salah pilih maka mereka semua tak
akan pernah bisa kembali. Bukankah
lebih bijaksana bila kita
meninggalkan sesuatu yang
meragukan?
Tetapi salah seorang dari mereka
tiba-tiba berkata, "Aku mempunyai
dua orang sahabat yang tinggal
dekat semak-semak sebelah sana.
Mereka adalah saudara kembar. Tak
ada seorang pun yang bisa
membedakan keduanya karena rupa
mereka begitu mirip. Yang satu
selalu berkata jujur sedangkan yang
lainnya selalu berkata bohong.
Dan
mereka adalah orang-orang aneh
karena mereka hanya mau
menjawab satu pertanyaan saja."
"Apakah engkau mengenali salah
satu dari mereka yang selalu berkata
benar?" tanya Abu Nawas.
"Tidak." jawab kawan Abu Nawas
singkat.
"Baiklah kalau begitu kita beristirahat
sejenak." usul Abu Nawas.
Abu
Nawas makan daging dengan madu
bersama kawan-kawannya.
Seusai
makan mereka berangkat menuju
ke rumah yang dihuni dua orang
kembar bersaudara. Setelah pintu
dibuka, maka keluarlah salah
seorang dari dua orang kembar
bersaudara itu.
"Maaf, aku sangat
sibuk hari ini. Engkau hanya boleh
mengajukan satu pertanyaan saja.
Tidak boleh lebih." katanya.
Kemudian Abu Nawas menghampiri
orang itu dan berbisik.
Orang itu
pun juga menjawab dengan cara
berbisik pula kepada Abu Nawas.
Abu Nawas mengucapkan terima
kasih dan segera mohon diri.
"Hutan yang kita tuju melewati jalan
sebelah kanan." kata Abu Nawas
mantap kepada kawankawannya.
"Bagaimana kau bisa memutuskan
harus menempuh jalan sebelah
kanan? Sedangkan kita tidak tahu
apakah orang yang kita tanya itu
orang yang selalu berkata benar
atau yang selalu berkata bohong?"
tanya salah seorang dari mereka.
"Karena orang yang kutanya
menunjukkan jalan yang sebelah
kiri," kata Abu Nawas. Karena masih
belum mengerti juga, maka Abu
Nawas menjelaskan.
"Tadi aku bertanya: Apa yang akan
dikatakan saudaramu bila aku
bertanya jalan yang mana yang
menuju hutan yang indah?"
Bila jalan yang benar itu sebelah
kanan dan bila orang itu kebetulan
yang selalu berkata benar maka ia
akan menjawab: Jalan sebelah kiri,
karena ia tahu saudara Kembarnya
akan mengatakan jalan sebelah kiri
sebab saudara kembarnya selalu
berbohong.
Bila orang itu kebetulan
yang selalu berkata bohong, maka ia
akan menjawab: jalan sebelah kiri,
karena Ia tahu saudara kembarnya
akan mengatakan jalan sebelah
kanan sebab saudara kembarnya
selalu berkata benar.
Bohong
Kawan-kawan Abu Nawas
merencanakan akan mengadakan
perjalanan wisata ke hutan. Tetapi
tanpa keikutsertaan Abu Nawas
perjalanan akan terasa memenatkan
dan membosankan.
Sehingga
mereka beramai-ramai pergi ke
rumah Abu Nawas untuk
mengajaknya ikut serta.
Abu Nawas tidak keberatan. Mereka
berangkat dengan mengendarai
keledai masing-masing sambil
bercengkrama. Tak terasa mereka
telah menempuh hampir separo
perjalanan. Kini mereka tiba di
pertigaan jalan yang jauh dari
perumahan penduduk. Mereka
berhenti karena mereka ragu-ragu.
Setahu mereka kedua jalan itu
memang menuju ke hutan tetapi
hutan yang mereka tuju adalah
hutan wisata. Bukan hutan yang
dihuni binatang-binatang buas yang
justru akan membahayakan jiwa
mereka.
Abu Nawas hanya bisa
menyarankan untuk tidak
meneruskan perjalanan karena bila
salah pilih maka mereka semua tak
akan pernah bisa kembali. Bukankah
lebih bijaksana bila kita
meninggalkan sesuatu yang
meragukan?
Tetapi salah seorang dari mereka
tiba-tiba berkata, "Aku mempunyai
dua orang sahabat yang tinggal
dekat semak-semak sebelah sana.
Mereka adalah saudara kembar. Tak
ada seorang pun yang bisa
membedakan keduanya karena rupa
mereka begitu mirip. Yang satu
selalu berkata jujur sedangkan yang
lainnya selalu berkata bohong.
Dan
mereka adalah orang-orang aneh
karena mereka hanya mau
menjawab satu pertanyaan saja."
"Apakah engkau mengenali salah
satu dari mereka yang selalu berkata
benar?" tanya Abu Nawas.
"Tidak." jawab kawan Abu Nawas
singkat.
"Baiklah kalau begitu kita beristirahat
sejenak." usul Abu Nawas.
Abu
Nawas makan daging dengan madu
bersama kawan-kawannya.
Seusai
makan mereka berangkat menuju
ke rumah yang dihuni dua orang
kembar bersaudara. Setelah pintu
dibuka, maka keluarlah salah
seorang dari dua orang kembar
bersaudara itu.
"Maaf, aku sangat
sibuk hari ini. Engkau hanya boleh
mengajukan satu pertanyaan saja.
Tidak boleh lebih." katanya.
Kemudian Abu Nawas menghampiri
orang itu dan berbisik.
Orang itu
pun juga menjawab dengan cara
berbisik pula kepada Abu Nawas.
Abu Nawas mengucapkan terima
kasih dan segera mohon diri.
"Hutan yang kita tuju melewati jalan
sebelah kanan." kata Abu Nawas
mantap kepada kawankawannya.
"Bagaimana kau bisa memutuskan
harus menempuh jalan sebelah
kanan? Sedangkan kita tidak tahu
apakah orang yang kita tanya itu
orang yang selalu berkata benar
atau yang selalu berkata bohong?"
tanya salah seorang dari mereka.
"Karena orang yang kutanya
menunjukkan jalan yang sebelah
kiri," kata Abu Nawas. Karena masih
belum mengerti juga, maka Abu
Nawas menjelaskan.
"Tadi aku bertanya: Apa yang akan
dikatakan saudaramu bila aku
bertanya jalan yang mana yang
menuju hutan yang indah?"
Bila jalan yang benar itu sebelah
kanan dan bila orang itu kebetulan
yang selalu berkata benar maka ia
akan menjawab: Jalan sebelah kiri,
karena ia tahu saudara Kembarnya
akan mengatakan jalan sebelah kiri
sebab saudara kembarnya selalu
berbohong.
Bila orang itu kebetulan
yang selalu berkata bohong, maka ia
akan menjawab: jalan sebelah kiri,
karena Ia tahu saudara kembarnya
akan mengatakan jalan sebelah
kanan sebab saudara kembarnya
selalu berkata benar.
BERKUNJUNG SOB....BACA2..HAHAHA...BAGUS JG ALASANNYA...
Pasti Abu Nawas nggak punya GPS.
siroel@abunawas g2 lo..hehehe
vicky@GPS..??
huehehe...pinter tenaaaannn...logis banget alasan si abunawas ya mas....perlu jadi konsultan politik tuh....
-srex-@ia mas emang akalx om abunawas ini gda matix...!!!ia mas bukan haxa jd konsultan politik z tp jd konsul para orang2 yg pendek akal..hehehe