PERMATA YANG INDAH (ilmu pengetahuan)
Rabu, 14 April 2010
22.06
Label:
Kisah-kisah NABI
,
2
komentar
Menurut syarah Kitab Al-Hikmah, Ibnu Ruslan megemukakan pendapatnya bahwa yang dimaksud dengan Ilmu Hakekat itu adalah suatu ilmu Laduni yang bersifat "nurani".
Ilmu tersebut itulah yang telah diajarkan kepada semua roh-roh (di dalam roh) sewaktu Tuhan berbicara pada semua roh-roh itu ALASTU BIRABBIKUM? (bukankah aku ini Tuhanmu?).
Maka segala roh pun menjawab: "BALAA YA RABBI" (benar ya Tuhan ku).
Itulah pula yang pernah diajarkan lagi kepada Nabi Adam a.s. Sebagaimana firmanNya 'WA ' ALLAMA AADAMAL ASMA'AKULLAHA (Allah telah ajarkan kepada Adan semua nama-nama).Akan tetapi pengetahuan tersebut tersembunyi karena manusia pada umumnya tercurah perhatiannya kepada keadaan yang gelap yaitu hanya kepada yang lahir semata-mata, lebih mementingkan hawa nafsu sendiri.
Bilamana semua tutupan kegelapan itu telah hilang sirna kemudian menyatalah hakekat itu dengan terang dan jelas.
Inilah juga yang dimaksudkan oleh Hadis Rasulullah "siapa yang mengamalkan ilmunya, Allah wariskan kepadanya ilmu yang belum pernah diketahuinya/dipelajarinya sebelum itu.
Allah berikan taufiq kepadanya, dihormati oleh segala makhluk dan disediakan baginya sorga di akhirat.
Ada tuduhan sementara fihak bahwa para Sufi menyembunyikan ilmunya, adalah tidak benar.
Mereka menyatakan bahwa para Nabi dan Rasul tidak pernah menyembunyikan apa yang disampaikan oleh Allah s.w.t.
Dengan adanya Hadis-Hadis Rasulullah yang telah dikemukakan diatas jelas sekali bahwa para Arif Billah bukanlah hendak menyembunyikan ilmunya (Ilmu Hakekat) namun penyampaian ilmu itu hendaklah dengan hati-hati, ketekunan mereka dalam beragama.
Ilmu Hujjatul Islam Imam Ghazali r.a. Dalam Kitab "Ihya" menegaskan, siapa pun yang tidak memperoleh ilmu ini (ilmu batin) maka dikhawatirkan mereka mati dalam kekafiran.
Orang-oramg yang tetap kasih kepada dunia dan tetap pula dalam kungkungan hawa nafsunya, tidak akan menemukan rasa "tahkik"/kemantapan ilmu ini, meski pun dalam ilmu-ilmu lain dia berhasil.
Setidak-tidaknya dia tidak akan diberikan perasaan kemanisan ilmu.
Orang yang mengingkari ilmu ini, bagaimana pun juga tidak pula akan bisa merasakan keindahan ilmu ini, dan tidak mungkin mereka bisa mendapatkan "mukasyafah" (terbuka hijab/dinding) sebagaimana yang dialami oleh para Shiddiqien dan Ahlul-Muqarrabien.
Mukasyafah adalah suatu gambaran tentang kebersihan hati, sehingga memancar cahaya kebenaran hidup yang diiringi pula dengan "karomah" dan "maqom wilayah"(kewalian)
Untuk itulah kehendaknya perlu adanya ketekunan, mujahadah (kesungguhan) riyadloh (latihan), muroqobah (intipan) dan musyahadah serta jangan sekali-kali mengingkari atau memusuhi para Ahlul-Karimah, malah sebaiknya perlu mengambik pelajaran dari mereka itu.
Pengarang: Syekh M. Nafis Bin Idris Al Banjarie 1200H
'
Ilmu tersebut itulah yang telah diajarkan kepada semua roh-roh (di dalam roh) sewaktu Tuhan berbicara pada semua roh-roh itu ALASTU BIRABBIKUM? (bukankah aku ini Tuhanmu?).
Maka segala roh pun menjawab: "BALAA YA RABBI" (benar ya Tuhan ku).
Itulah pula yang pernah diajarkan lagi kepada Nabi Adam a.s. Sebagaimana firmanNya 'WA ' ALLAMA AADAMAL ASMA'AKULLAHA (Allah telah ajarkan kepada Adan semua nama-nama).Akan tetapi pengetahuan tersebut tersembunyi karena manusia pada umumnya tercurah perhatiannya kepada keadaan yang gelap yaitu hanya kepada yang lahir semata-mata, lebih mementingkan hawa nafsu sendiri.
Bilamana semua tutupan kegelapan itu telah hilang sirna kemudian menyatalah hakekat itu dengan terang dan jelas.
Inilah juga yang dimaksudkan oleh Hadis Rasulullah "siapa yang mengamalkan ilmunya, Allah wariskan kepadanya ilmu yang belum pernah diketahuinya/dipelajarinya sebelum itu.
Allah berikan taufiq kepadanya, dihormati oleh segala makhluk dan disediakan baginya sorga di akhirat.
Ada tuduhan sementara fihak bahwa para Sufi menyembunyikan ilmunya, adalah tidak benar.
Mereka menyatakan bahwa para Nabi dan Rasul tidak pernah menyembunyikan apa yang disampaikan oleh Allah s.w.t.
Dengan adanya Hadis-Hadis Rasulullah yang telah dikemukakan diatas jelas sekali bahwa para Arif Billah bukanlah hendak menyembunyikan ilmunya (Ilmu Hakekat) namun penyampaian ilmu itu hendaklah dengan hati-hati, ketekunan mereka dalam beragama.
Ilmu Hujjatul Islam Imam Ghazali r.a. Dalam Kitab "Ihya" menegaskan, siapa pun yang tidak memperoleh ilmu ini (ilmu batin) maka dikhawatirkan mereka mati dalam kekafiran.
Orang-oramg yang tetap kasih kepada dunia dan tetap pula dalam kungkungan hawa nafsunya, tidak akan menemukan rasa "tahkik"/kemantapan ilmu ini, meski pun dalam ilmu-ilmu lain dia berhasil.
Setidak-tidaknya dia tidak akan diberikan perasaan kemanisan ilmu.
Orang yang mengingkari ilmu ini, bagaimana pun juga tidak pula akan bisa merasakan keindahan ilmu ini, dan tidak mungkin mereka bisa mendapatkan "mukasyafah" (terbuka hijab/dinding) sebagaimana yang dialami oleh para Shiddiqien dan Ahlul-Muqarrabien.
Mukasyafah adalah suatu gambaran tentang kebersihan hati, sehingga memancar cahaya kebenaran hidup yang diiringi pula dengan "karomah" dan "maqom wilayah"(kewalian)
Untuk itulah kehendaknya perlu adanya ketekunan, mujahadah (kesungguhan) riyadloh (latihan), muroqobah (intipan) dan musyahadah serta jangan sekali-kali mengingkari atau memusuhi para Ahlul-Karimah, malah sebaiknya perlu mengambik pelajaran dari mereka itu.
Pengarang: Syekh M. Nafis Bin Idris Al Banjarie 1200H
'
Wah, keras hehe..
Hehehe...blm guring jua kh gan?