NASRUDIN PEMUNGUT PAJAK
Sabtu, 21 Agustus 2010
03.00
Label:
Kisah 1001
,
23
komentar
Pada masa Timur Lenk, infrastruktur
rusak, sehingga hasil pertanian dan
pekerjaan lain sangat menurun.
Pajak yang diberikan daerah-daerah
tidak memuaskan bagi Timur Lenk.
Maka para pejabat pemungut pajak
dikumpulkan. Mereka datang
dengan membawa buku-buku
laporan. Namun Timur Lenk yang marah merobek-robek buku-buku
itu satu per satu, dan menyuruh
para pejabat yang malang itu
memakannya. Kemudian mereka
dipecat dan diusir keluar.
Timur Lenk memerintahkan
Nasrudin yang telah dipercayanya
untuk menggantikan para
pemungut pajak untuk
menghitungkan pajak yang lebih
besar. Nasrudin mencoba
mengelak, tetapi akhirnya terpaksa ia
menggantikan tugas para pemungut
pajak.
Namun, pajak yang diambil
tetap kecil dan tidak memuaskan
Timur Lenk.
Maka Nasrudin pun
dipanggil.
Nasrudin datang menghadap Timur
Lenk. Ia membawa roti hangat.
“Kau hendak menyuapku dengan
roti celaka itu, Nasrudin ?”
bentak
Timur Lenk. “Laporan keuangan
saya catat pada roti ini, Paduka,”
jawab Nasrudin dengan gaya
pejabat.
“Kau berpura-pura gila lagi,
Nasrudin ?”
Timur Lenk lebih marah
lagi. Nasrudin menjawab takzim,
“ Paduka, usiaku sudah cukup lanjut.
Aku tidak akan kuat makan kertas-
kertas laporan itu. Jadi semuanya
aku pindahkan pada roti hangat ini.”
rusak, sehingga hasil pertanian dan
pekerjaan lain sangat menurun.
Pajak yang diberikan daerah-daerah
tidak memuaskan bagi Timur Lenk.
Maka para pejabat pemungut pajak
dikumpulkan. Mereka datang
dengan membawa buku-buku
laporan. Namun Timur Lenk yang marah merobek-robek buku-buku
itu satu per satu, dan menyuruh
para pejabat yang malang itu
memakannya. Kemudian mereka
dipecat dan diusir keluar.
Timur Lenk memerintahkan
Nasrudin yang telah dipercayanya
untuk menggantikan para
pemungut pajak untuk
menghitungkan pajak yang lebih
besar. Nasrudin mencoba
mengelak, tetapi akhirnya terpaksa ia
menggantikan tugas para pemungut
pajak.
Namun, pajak yang diambil
tetap kecil dan tidak memuaskan
Timur Lenk.
Maka Nasrudin pun
dipanggil.
Nasrudin datang menghadap Timur
Lenk. Ia membawa roti hangat.
“Kau hendak menyuapku dengan
roti celaka itu, Nasrudin ?”
bentak
Timur Lenk. “Laporan keuangan
saya catat pada roti ini, Paduka,”
jawab Nasrudin dengan gaya
pejabat.
“Kau berpura-pura gila lagi,
Nasrudin ?”
Timur Lenk lebih marah
lagi. Nasrudin menjawab takzim,
“ Paduka, usiaku sudah cukup lanjut.
Aku tidak akan kuat makan kertas-
kertas laporan itu. Jadi semuanya
aku pindahkan pada roti hangat ini.”
Jangan disuruh makan kertas dunk.
Makan bubur saja kasian sudah lanjut usia
Selamat bersantap sahur kawand
Nasrudin benar2 cerdik... :)
Cerita yg bagus nih... makasih sharingnya.
Mirip petugas pajak sekarang.. dipaksa penguasa untuk memungut pajak besar-besaran padahal jelas banyak perusahaan yang tidak jalan bahkan mau bangkrut.. Kalao petugas pajak yang bersih tentunya tidak senang memungut pajak ke orang yang sedang kesulitan keuangan..
hehe,,pinter si nasrudin,,, dah tau si Timur bakal marah dan nyuruh mkan kertas,,, ksih roti aja,,biar kalo i=di marhi,,,makan roti,,hihii,,, mantab :))
Ahahahahha,,,,mantap juga si Nasrudin....
Mw komen apa ya????soalnya aku juga kerja di pajak,,,,cma aku gak berhubungan secara langsung dg wajib pajak...
Mas arief, aku tag award loh :)
di ambil ya :D
suruh makan kacang aja..:)
hahaha, ada-ada saja om nasrudin itu, oya sob sory nih ya baru sempet mampir :D
Nasrudin yang cerdik
nyindir bgt nie cerita
pasti kyanya ada yng panas kupingnya tuh
kalo d pikir pikir gmn caranya masukin laporan ke dalam roti ya??
tapi memang bener cerdik si nasrudin itu ..
Hi salam kenal. artikel kamu bagus banget...
mohon kunjungan dan komentar balik di blog saya juga ya.............
hahahahahah... klo dsuruh makan malah kenyang tuh....
klo gayus di nulis dimana ya,smpai saat ini blm slesai jg kasusnya.... dan timur lenk nya indonesia tetap santai aja...
Cerdik...hihi...
Tapi kira-kira rotinya sebanyak apa ya untuk menuliskan laporan-laporan itu? :))
he..he..he...artikelnya menarik sekali...
salam kenal...
tak ada kertas, roti pun jadi. hehehe...
kisah ini mengingatkan saya pada sebuah kantor yg maLas membayar pajak hingga pada akhirnya di segeL oLeh petugas pajak, tapi entah kenapa beberapa hari kemuadian tuh kanor udah aktif Lg. mungkin karena petugasnya disuguhi roti kaLi yah.
panjang akalnya dari pda makan kertas mendingan makan roti....
Makin kertas yo siapa yang mau kawand.
Met subuhan kang ya
ngomongin pajak jadi inget gayus. apa gayus sepintar nasrudin juga? :)
dari pada makan kertas mendingan makan sahur wal....hehehehe
aq punya bukunya nih sob, aq suka eritanya abu nawas dan nasrudin