Taruhan Yang Berbahaya (abu nawas)


Label: , 8 komentar


kisah abu nawas : taruhan yang
berbahaya


Pada suatu sore ketika Abu Nawas
ke warung teh kawan-kawannya
sudah berada di situ. Mereka
memang sengaja sedang
menunggu Abu Nawas.
"Nah ini Abu Nawas datang." kata
salah seorang dari mereka.
"Ada apa?" kata Abu Nawas sambil
memesan secangkir teh hangat.

"Kami tahu engkau selalu bisa
melepaskan diri dari perangkap-
perangkap yang dirancang Baginda
Raja Harun Al Rasyid. Tetapi kami
yakin kali ini engkau pasti dihukum
Baginda Raja bila engkau berani
melakukannya." kawan-kawan Abu
Nawas membuka percakapan.

"Apa yang harus kutakutkan. Tidak
ada sesuatu apapun yang perlu
ditakuti kecuali kepada Allah Swt."
kata Abu Nawas menentang.
"Selama ini belum pernah ada
seorang pun di negeri ini yang
berani memantati Baginda Raja
Harun Al Rasyid.

Bukankah begitu
hai Abu Nawas?" tanya kawan Abu
Nawas.
"Tentu saja tidak ada yang berani
melakukan hal itu karena itu adalah
pelecehan yang amat berat
hukumannya pasti dipancung." kata
Abu Nawas memberitahu.
"Itulah yang ingin kami ketahui
darimu.

Beranikah engkau
melakukannya?"
"Sudah kukatakan bahwa aku hanya
takut kepada Allah Swt. saja.
Sekarang apa taruhannya bila aku
bersedia melakukannya?" Abu
Nawas ganti bertanya.
"Seratus keping uang emas.
Disamping itu Baginda harus
tertawa tatkala engkau
pantati." kata mereka. Abu Nawas
pulang setelah menyanggupi
tawaran yang amat berbahaya itu.

Kawan-kawan Abu Nawas tidak
yakin Abu Nawas sanggup
membuat Baginda Raja tertawa
apalagi ketika dipantati. Kayaknya kali
ini Abu Nawas harus berhadapan
dengan algojo pemenggal kepala.
Minggu depan Baginda Raja Harun
Al Rasyid akan mengadakan jamuan
kenegaraan. Para menteri, pegawai
istana dan orang-orang dekat
Baginda diundang, termasuk Abu
Nawas. Abu Nawas merasa hari-
hari berlalu dengan cepat karena ia
harus menciptakan jalan keluar yang
paling aman bagi keselamatan
lehernya dari pedang algojo.

Tetapi
bagi kawan-kawan Abu Nawas hari-
hari terasa amat panjang. Karena
mereka tak sabar menunggu
pertaruhan yang amat
mendebarkan itu.
Persiapan-persiapan di halaman
istana sudah dimulai. Baginda Raja
menginginkan perjamuan nanti
meriah karena Baginda juga
mengundang rajaraja dari negeri
sahabat.
Ketika hari yang dijanjikan tiba,
semua tamu sudah datang kecuali
Abu Nawas. Kawan-kawan Abu
Nawas yang menyaksikan dari jauh
merasa kecewa karena Abu Nawas
tidak hadir.

Namun temyata mereka
keliru. Abu Nawas bukannya tidak
datang tetapi terlambat sehingga
Abu Nawas duduk di tempat yang
paling
belakang.
Ceramah-ceramah yang
mengesankan mulai disampaikan
oleh para ahli pidato. Dan tibalah
giliran Baginda Raja Harun Al Rasyid
menyampaikan pidatonya. Seusai
menyampaikan pidato Baginda
melihat Abu Nawas duduk sendirian
di tempat yang tidak ada karpetnya.
Karena merasa heran Baginda
bertanya, "Mengapa engkau tidak
duduk di atas karpet?"
"Paduka yang mulia, hamba
haturkan terima kaslh atas perhatian
Baginda.
Hamba sudah merasa
cukup bahagia duduk di sini." kata
Abu Nawas.

"Wahai Abu Nawas, majulah dan
duduklah di atas karpet nanti
pakaianmu kotor karena duduk di
atas tanah." Baginda Raja
menyarankan.
"Ampun Tuanku yang mulia,
sebenarnya hamba ini sudah duduk
di atas karpet."
Baginda bingung mendengar
pengakuan Abu Nawas. Karena
Baginda melihat sendiri Abu Nawas
duduk di atas lantai. "Karpet yang
mana yang engkau maksudkan
wahai Abu Nawas?" tanya Baginda
masih bingung.
"Karpet hamba sendiri Tuanku yang
mulia.
Sekarang hamba selalu
membawa karpet ke manapun
hamba pergi." Kata Abu Nawas
seolah-olah menyimpan misteri.

"Tetapi sejak tadi aku belum melihat
karpet yang engkau bawa." kata
Baginda Raja bertambah bingung.
"Baiklah Baginda yang mulia, kalau
memang ingin tahu maka dengan
senang hati hamba akan
menunjukkan kepada Paduka yang
mulia." kata Abu Nawas sambil
beringsut-ringsut ke depan. Setelah
cukup dekat dengan Baginda, Abu
Nawas berdiri kemudian
menungging menunjukkan
potongan karpet yang ditempelkan
di bagian pantatnya. Abu Nawas kini
seolah-olah memantati Baginda Raja
Harun Al Rasyid. Melihat ada
sepotong karpet menempel di
pantat Abu Nawas, Baginda Raja tak
bisa membendung tawa sehingga
beliau terpingkal-pingkal diikuti oleh
para undangan.

Menyaksikan kejadian yang
menggelikan itu kawan-kawan Abu
Nawas merasa kagum.
Mereka harus rela melepas seratus
keping uang emas untuk Abu
Nawas.

8 Response to "Taruhan Yang Berbahaya (abu nawas)"

  1. huehehehe....dasar Abunawas...akal nya nggak ada matinye...tapi kalo aku yg jadi Raja...sekalian aja aku mau ngomong..."Abunawas...kayaknya karpetmu itu ada corak burung nya, coba tunjukkan sekalian burung mu itu ..."...xixixi....

    -srex-@huwahahahahahahaha..mlah kocakan mas srex dr pd abunawas..ngakak lg..wkwkwkwk

    HAhahahaahaa..
    Judulnya harusnya..

    TARUHAN YG BERBAHAYA (Mas ~Srex~)
    Bukan abu nawas..
    Hahahaha...

    Tapi ane salut tuh ma Mas Abu Nawas..

    Like Mr Bean nya jaman dulu..

    Hidup Abu Nawas..


    Hidup jg Mas ~Srex~..

    hehehe..

    Mantap jale..ksh yg pnuh tauladan..

    Girant_31@hehehehe...mas srex cmentx top markotop...hahaha

    Rataso@oce-oce gan

Posting Komentar

Al-Ghazali
Pernah berkata :
"Yang jauh itu WAKTU, yang dekat itu MATI, yang besar itu NAFSU, yang berat itu AMANAH, yang mudah itu BERBUAT DOSA, yang panjang itu AMAL SOLEH dan yang indah itu adalah SALING MEMAAFKAN"....Slamat menyambut datangnya bln SUCI bln yang penuh ampun, Semoga ALLAH selalu mengampuni dosa" kita Amin...ane mohon maaf lahir dan batin...."MARHABAN YA RAMADHAN".

    Info

    powered by PRBbutton

    Translate

    English French German Spain Italian Dutch

    Russian Portuguese Japanese Korean

    Google

    Blog Archive

    Pengikut

    adsense link 728px X 15px

Designed by TheBookish Themes
Converted into Blogger Templates by Theme Craft